Diantara banyak hal yang patut dipuji dari buku ini, saya pilih kepiawaian penulisnya dalam mengekploitasi detil suasana. Ada kengerian yang membuat saya hampir tak bisa membedakan antara nyata dan khayal.

“Tapi mulutnya seperti ubur-ubur, mengembang dan mengatup dalam gelombang pelan, menyimpan racun. Lalu aku melihat, kata-kata kotor muntah dari perutnya, dari hatinya yang telah mati dijalari sirosis, seperti cairan jorok yang penuh gumpalan bekas makanan dan gelembung gas bau, menyemburi seragam bersih perawat itu sehingga ia terjengat satu ubin ke belakang, hampir terjerembab…………..Lihatlah kaki-kaki kurus gadis itu gemetar, seperti menahan kencing, seperti merasakan hawa neraka dari suhu badan perempuan tuaku yang luka dan perkasa. Lalu, ketika amarahnya dari rasa sakit yang panjang itu telah selesai, di lantai tersisa air liur yang asam dan lekat seperti ampas persetubuhan.” – halaman 11.

You may also like

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in BOOK