Ebook vs buku cetak. Bagiku pertanyaan adu domba macam itu sebetulnya kurang perlu dijawab. Toh, mau ebook atau cetak, keduanya sama-sama buku. Cuma beda tempat aja. Satu di kertas, satu lagi di layar.

Cuma gimana ya. Nyatanya, banyak orang yang memang penasaran: lebih baik ebook atau buku? 

***

Sebagai orang yang nggak bisa lepas dari keduanya ─ aku sudah setahun lebih baca ebook tapi masih sering baca buku cetak ─ aku pengen ikut nyumbang suara soal bahasan ebook vs buku cetak ini. 

Soalnya, kebanyakan artikel yang kubaca masih bahas topik ini setengah-setengah. Mereka sebatas cerita perbedaan buku dan ebook. Lalu, di akhir menyerahkan keputusan ke pembaca. 

Yaaa… emang nggak salah sih. Pada akhirnya, pembaca juga yang kudu menyimpulkan mana yang paling disukai. Cuma kan, kalau yang diulik cuma apa perbedaan buku cetak dengan buku digital, mana bisa dapat jawaban yang memuaskan? 

Makanya, aku mau berbagi sedikit pengalamanku soal baca ebook dan buku cetak. Biar lebih valid gitu lho jawabannya. 

Nah, biar nggak lama-lama, kita mulai dulu dari kelebihan buku cetak dan ebook. Baru setelah dapat gambaran umumnya, aku bakal lanjut cerita pengalaman baca buku dari dua format berbeda.

ebook vs buku cetak

5 Kelebihan Buku Cetak

Buku cetak boleh dibilang barang lawas tapi bukan berarti ia tak punya kelebihan. Inilah lima hal yang jadi kelebihan buku cetak.

  1. Terasa personal dan spesial. Buku cetak, terutama yang baru, bisa kamu cium baunya dan bolak-balik halamannya. Suatu sensasi yang takkan didapat dari ebook. Buku cetak juga jadi lebih spesial ketika didapat dari hadiah. Tak heran kalau sebagian orang suka sekali mengoleksi buku dan sangat sulit merelakan koleksinya.
  2. Nyaman di mata. Asal posisi bacamu benar dan cahaya sekitar cukup, buku cetak takkan membuat matamu lelah. Buku cetak tak punya pancaran sinar biru ─ penyebab mata lelah dan insomnia ─ yang dimiliki banyak gawai dan barang elektronik lainnya.
  3. Bisa dipinjam atau didonasikan. Karena bentuk fisiknya, buku cetak lebih gampang dipinjamkan atau didonasikan. Kamu tinggal bawa bukunya dan serahkan ke siapapun yang membutuhkan. Beda halnya dengan ebook (terutama yang berbayar) yang tak bisa dihibahkan ke orang lain.
  4. Murah. Kalau dibandingkan harga ebook reader yang jutaan, buku cetak tentu lebih murah. Dengan jumlah uang yang sama, kamu bisa borong belasan sampai puluhan buku.
  5. Kelihatan estetis dan instagramable. Buku cetak itu bagus banget buat jadi objek foto. Nggak heran sih kalau postingan #bookstagram, #bookworm, atau #booklover dipenuhi dengan foto-foto buku cetak.

5+ Kelebihan Ebook

Bentuk anyar dari lembaran kertas ini juga punya sejumlah kelebihan. Ini dia tujuh kelebihan ebook yang setidaknya akan kamu rasakan.

  1. Praktis. Berbekal satu ebook reader atau gadget, kamu bisa bawa berapapun buku yang kamu mau. Semisal ingin ganti bacaan di tengah jalan, tak jadi masalah.
  2. Banyak pilihan buku. Tak cuma sumber berbayar seperti Google Play atau Amazon Books, kamu juga bisa dapat ebooks gratis dari perpustakaan online dan sumber lainnya.
  3. Lebih murah. Kalau kamu doyan baca buku impor, ebook reader bakalan jauh lebih murah dibanding buku cetak. Soalnya, harga lima buku impor bisa dipakai buat beli ebook reader khusus. Dengan modal segitu, kamu bisa punya akses ke ribuan buku yang kamu mau.
  4. Bikin catatan lebih gampang. Ebook reader punya fitur bawaan untuk bikin catatan di buku. Kamu bisa stabilo warna-warni dan kasih komentar di buku. 
  5. Semua catatan bisa dilihat dalam 1-klik. Tak cuma gampang corat-coret aja, semua catatan yang kamu bikin juga gampang dilihat dan dibaca ulang. Tinggal pilih ikon dokumen di ebook, otomatis semua catatanmu langsung muncul.
  6. Tampilan buku bisa disesuaikan. Nggak suka sama font buku? Ganti aja. Pengen ganti kertasnya biar keliatan kaya bookpaper? Oh, bisa! Kamu juga bisa ganti margin “kertas” dan line spacing ebook yang kamu baca.
  7. Gampang dibaca sambil gelap + tiduran. Enaknya pakai ebook reader, kamu bisa baca sambil gogoleran dan gelap-gelapan. Soalnya kan, ebook reader itu sendiri ngeluarin cahaya supaya kita bisa baca. Biar ketika baca juga nyaman, kamu bisa pilih opsi dark mode dan kurangi sinar biru pakai fitur Blue shade.
  8. Ada kamus, fitur cari, dan browser bawaan. Aplikasi apapun yang kamu butuhkan tersedia di ebook reader. Tinggal tap dua kali dan pilih aplikasi yang ingin kamu gunakan.
amazon kindle fire review

Lebih Baik Ebook atau Buku Cetak?

Buat jawab pertanyaan ebook vs buku cetak, aku izin mendongeng dulu ya. Hehe.

***

Awalnya, aku memang suka banget beli buku cetak. Terutama pas sekolah sampai awal kuliah. Ya gimana ya. Zaman segitu internet belum secanggih sekarang. Jadi, kalau mau bacaan bermutu ya harus beli buku.

Lama-kelamaan, buku di rumah makin banyak. Sayangnya, aku kurang punya tempat proper buat nyimpan buku. Almari yang kupakai buat taruh buku nggak ada kacanya. Praktis, lembaran kertas di buku malah jadi tempat nyimpan debu. Terus buku yang kupunya jadi kotor, kuning, kadang lembab pula. Dari situ, aku mulai tuh mengurangi beli buku baru. 

Ditambah lagi ketika aku memutuskan buat ngekos. Jelas jumlah buku langsung berkurang karena nggak tau mau naruh buku di mana. Yak, ini zaman-zaman kenal gaya hidup minimalis lah.

Baca juga: Hal-Hal Soal Gaya Hidup Minimalis yang Belum Banyak Dibahas

Sialnya bagiku, mengurangi beli buku itu sama dengan mengurangi kebiasaan baca. Perpustakaan bukan opsi yang oke juga waktu itu. Soalnya, koleksi buku fiksi di kampus nggak banyak. Pun, kalau mau ke perpus kota, waktu pinjamnya singkat banget.

Jadi lah itu masa-masa kegelapan dalam hidup. Jarang baca, cupet, gampang marah. Mana terus skripsi pula. Penderitaan makin bertambah. Bukanya semangat, malah rasanya terintimidasi ketika buka buku.

Baca juga: Kesalahan Fatal yang Kulakukan Selama Skripsi

Setelah drama skripsi kulewati, persoalan baca buku ini menemukan babak baru. Kini, soalnya bukan ada di harus beli buku atau tidak demi baca. Justru, kalaupun bisa beli buku yang dicari nggak ada. Buku yang kucari rata-rata impor dan mihil. Bikin jebol kantong kalau terus-terusan belanja.

Di titik itulah kemudian aku terpikir buat beli ebook reader. Kebetulan, dulu Mas Pacar punya Kindle. Sempat kucoba dan memang nyaman dipakainya. Layarnya emang agak sedikit glaring atau glossy, tapi udah ada sensor yang menyesuaikan terang layar otomatis. Jauh lebih nyaman lah dibanding baca ebook di hape.

Jadi tambah penasaran, kan? Ebook vs buku cetak, mana yang paling bagus? Hehe. Kita bahas ebook reader lebih lengkap dulu ya.

nonton netflix dari kindle

Kenalan Sama Ebook Reader Bernama Kindle

Singkat cerita jatuhlah pilihanku pada Kindle Fire HD 8. Tablet keluaran Amazon ini punya spesifikasi yang nggak neko-neko.

  • Layar 8 inch ─ praktis tapi masih nyaman buat baca buku, ukuran layar sedikit lebih kecil dari kertas A5;
  • Processor Quad Core bisa dipakai buat buka beberapa aplikasi sekaligus;
  • Memori internal 16 GB memori sudah cukup besar buat nyimpan ratusan sampai ribuan buku;
  • Slot micro SD sampai dengan 400GB ─ bisa banget buat nyimpan koleksi segede perpustakaan daerah dalam satu tablet;
  • Kamera depan-belakanglumayan buat jepret sana-sini dan dokumentasi;
  • Stereo Dolby Audiokalau lagi malas baca, kamu bisa dengerin podcast, Audible, lagu, dan streaming video dengan kualitas suara yang empuk.

Sekilas semua nampak sempurna. Sampai kamu sadar kalau Kindle punya sistem operasi sendiri, Fire OS. Sistem operasi ini sebetulnya berbasis Android, tapi aplikasi yang ditawarkan terbatas banget. Ditambah sistemnya Amazon melarang pengguna di luar Amerika Serikat buat dapat layanan Kindle secara penuh.

Jadi, ya, agak sayang sih. Layanan premium buat dapat buku, majalah, dan audiobook di Kindle Unlimited nggak bisa kamu rasain. Untungnya, layanan lain seperti Bookstore dan Audible masih bisa kamu akses. Ya, terbatas memang. Cuma mayan lah daripada enggak sama sekali.

Terus, Kindle Fire HD 8 ini ternyata bisa diinstall APK Android. Artinya, kamu bisa pakai Android persis tablet pada umumnya. Kamu bisa tambahkan aplikasi semaumu di Kindle. Kalau aku sih, jadi install Netflix, Spotify, Google Drive, dan Twitter di Kindle-ku. 

***

Itu baru soal spesifikasi teknis, aplikasi, dan layanan ya. Sekarang giliran aku cerita soal fitur ebook dan pengalaman baca pakai Kindle.

baca ebook dari kindle

Kindle punya aplikasi bawaan yang namanya Books. Aplikasi ini otomatis mengumpulkan semua ebook berekstensi .mobi yang kamu punya di Kindle. Lewat app ini juga kamu bakal baca ebook.

Ketika kamu buka ebook, aplikasi ini bakal menunjukkan beberapa fitur bawaan. Ada opsi untuk mengatur tampilan ebook. Lengkap dari ukuran tulisan, jenis font, margin, spasi, sampai warna “kertas” buat ebook.

Lalu, kamu juga bisa kasih stabilo berbagai warna dan ngasih catatan di buku. Baik stabilo maupun catatanmu bakal tersimpan. Tinggal klik ikon dokumen, otomatis kamu bisa lihat mana aja bagian yang sudah kamu “corat-coret”. 

Selain itu, Books juga punya fitur Flashcard Decks (semacam kartu pengingat), bookmark, kamus otomatis, dan browser.

***

Dengan semua fitur yang ada di Kindle, jelas dong rasanya kaya dimanja. Baca buku rasanya gampang banget. Semisal ada kata-kata yang nggak paham, tinggal double tap terus kamus langsung nunjukin artinya. Butuh corat-coret tinggal juga sama, tap aja bagian teks yang pengen dikasih warna atau ditambahi komentar.

Beda rasanya ketika baca buku cetak. Semuanya serba manual. Mau corat-coret ya harus pakai stabilo, sticky notes, dan pulpen sendiri. Tahu sendiri lah, agak ribet. 

Belum lagi, kalau butuh baca-baca ulang teks dan catatan. Kamu perlu bolak-balik halaman secara manual. Nggak kaya di ebook reader yang tinggal klik dan scroll aja.

Oh ya satu lagi! Menurutku baca buku lewat Kindle, terutama di tempat terbuka, itu lebih nyaman dan aman. Orang nggak akan kepo kamu lagi ngapain sama tabletmu. Jadi, ketika kamu baca ya rasanya nggak ada yang ganggu aja.

Beda lho sama baca buku cetak. Sejauh pengalamanku, baca buku cetak itu selalu mendorong orang yang lihat buat tanya-tanya. Minimal mereka bakal tanya gini: 

“Lagi baca apa?”

“Siapa penulisnya?”

“Bagus nggak bukunya?” 

“Kasih rekomendasi buku bagus dooong~”

Pada akhirnya, susah banget buat baca buku cetak di tempat umum. Maksud hati ingin menyendiri, apa daya malah ditanya-tanyai. Ini sejauh pengalamanku lho ya. 

ebook vs buku cetak

Ebook vs Buku: Jadi Pilih Buku atau Ebook?

Meski doyan baca ebook lewat Kindle, aku nggak anti juga sih sama buku cetak. Mau gimana juga, banyak buku cetak terbitan Indonesia yang belum ada versi ebook-nya. 

Daripada adu domba ebook vs buku cetak lalu diminta pilih salah satu, aku tetap pakai keduanya. Tinggal bagi tugas aja. 

Aku lebih suka baca ebook untuk non-fiksi, buku terbitan lawas, dan novel yang tersedia di Perpusnas. Untuk buku cetak, biasanya aku baca novel-novel terbitan baru dan buku non-fiksi dari perpustakaan kantor. 

Terus perlu beli ebook reader macam Kindle nggak? 

Perlu kalau kamu mahasiswa, kutu buku, dan orang yang perlu baca banyak (pake banget). Soalnya Kindle bisa simpan semua bacaanmu dalam satu tempat. Udah begitu, banyak fitur yang memudahkanmu buat baca dan menyimpan catatan. Worth it banget lah buat investasi jangka panjang!


Nah, kamu tertarik buat punya Kindle Fire HD 8-mu sendiri? Kalau iya, kamu bisa pakai klik tombol di bawah:

Lewat link itu, kamu  bantu aku buat terus bikin artikel-artikel baru di blog ini.

So… makasih banget yak! 🙂

You may also like

12 Comments

  1. Kalau saya belakangan ini malah lebih suka dengan audiobook. Tapi, audiobook ini kurang cocok dengan genre fiksi. Soalnya kan kecepatan setiap orang dalam mengimajinasikan sesuatu tidak selalu sama.

    Tapi, audiobook cocok banget buat bacaan ringan kayak motivasi, self-improvement dan bisnis.

    Oh ya, dan baru tau kalau Kindle ada kameranya dari artikel ini. Kirain cuma ebook reader saja 😀

    1. Hahaha. Sepakat banget, Mas. Saya iseng coba dengerin audiobook novel lawas. Baru beberapa menit, saya sudah puyeng. Rasanya kaya lagi ujian listening jaman SMA. Jadi, sepertinya audiobook memang diciptakan untuk jenis tulisan non-fiksi ya? Karena rasanya seperti dengerin podcast.

      Soal kamera, itu tergantung seri Kindle-nya Mas. Seharusnya kalau seri Paperwhite atau Oasis tidak ada kameranya. Hehe. 😀

  2. Kalau menurut sy sama-sama bagus kok. Yg terpenting minat baca kita yg harus kita tingkatkan.

    1. Yup. Betul sekali, Pak 😀

  3. Dulu aku juga selalu beranggapan kalo belom baca buku kalo cuma lewat e-book, tapi perkara penyimpanan dan kurang praktis dibawa-bawa emang bikin e-book yang menang. Apalagi sekarang kan udah banyak aplikasi resmi yang kasih ebook gratis dan berbayar

    1. Bener banget. Sekarang sumber bacaan, mau gratis – mau berbayar makin banyak. Tinggal kita aja yang kudu pinter-pinter bagi waktu buat baca.
      Salam kenal ya, Tika~

  4. Setuju banget sama kalimat awal. Banding-bandingin gitu kayak adu domba. Padahal semua tergantung kebutuhan dan rasa nyaman. Yang penting, ayo membaca hehehe

    1. Yup. Betul, Mas. Hal yang terpenting adalah baca. Apapun mediumnya. Hehehe

  5. Kebetulan aku tipe orang yang pake dua-duanya, buku cetak dan ebook. Dulu ebook sih, tapi sekarang lebih pilih baca lewat aplikasi online yang jualin buku/buka membership buat baca buku gratis. Pernah juga pakai audiobook. Apa pun medianya yang penting minat baca harus tinggi 😀

    Salam kenal ya!

    1. Betul banget, Kak. Apapun medianya, semangat baca harus tinggi.
      Salam kenal juga, Kak 😀

  6. Kalo bisa dibilang, aku tim buku cetak lantaran mataku udah nggak kuat lagi mantengin layar lama-lama. Kalaupun kuat, mungkin aku cuma bertahan di baca artikel-artikel aja hehe. Tapi bolehlah dicoba untuk baca ebook ini, apalagi di KRL. Kadang suka dikepoin baca buku apa haha.

    1. Iyaa Nad. Kalo baca di layar hape terutama gampang capek ya? Layarnya kecil dan blue ray lagi. Kalo kamu emang mau invest ke ebook reader yg nyaman, Kindle Paperwhite bagus sih. Kaya mainan jaman sd gitu, hitam putih dan lebih enak di mata

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in BOOK