Satu prinsip soal personal branding yang masih mengganjal bagi saya adalah fokus. Dipaksa hanya mendalami satu dan tak yang lain, kok rasanya begitu membelenggu. Sama halnya dengan memaksa tubuh hanya menjalankan satu fungsi – hanya bernafas, hanya berjalan, hanya makan, atau hanya mendengar. Membayangkannya saja absurd. Tak heran sulit rasanya bagi saya untuk menjadi produktif dan menjalankan banyak fungsi.

Membatasi diri pada satu atau dua hal saja, bagi saya, seperti mengabaikan banyak yang berkelindan dalam hidup seseorang. Mengurangi keinginannya untuk keluar dari zona nyaman dan mencoba hal baru. Menghilangkan detil-detil penting yang menjadikan seseorang sepenuhnya menjadi dirinya sendiri. Sederhananya, membuat identitas seseorang tak utuh.

Karena rasa percaya itu pula saya terkena batunya. Semakin bertambah usia, saya semakin kesulitan mencari waktu untuk hal-hal yang saya sukai. Terlebih ketika sudah bekerja. Waktu luang semakin terbatas sedangkan waktu libur harus dibagi dengan keluarga dan teman.

Membaca novel, meski menjadi hiburan, terasa berat karena saya memaksa diri untuk membuat resensi seusai menyelesaikannya. Alat rajut meski sering dibawa di dalam tas, lebih sering tidak terjamah. Semakin sulit untuk menulis lebih dari satu artikel di blog dalam seminggu. Belum lagi keinginan mengeksekusi proyek-proyek pribadi.

Baca juga: 3+ Kesalahan Fatal yang Kulakukan Selama Skripsi

Menjajal Berbagai Cara Menjadi Produktif

Karena keukeuh melakukan banyak hal, saya biasa menjajal berbagai cara menjadi produktif. Mulai dari install berbagai aplikasi to-do-list di ponsel, membeli agenda lucu, memakai pomodoro, sampai membuat agenda sendiri. Meski tak sepenuhnya dibilang gagal, kesemuanya hanya efektif dalam rentang waktu singkat.

Aplikasi di ponsel, misalnya, sering kali tak tersentuh. Setiap menyelesaikan satu hal, saya sering kelupaan mencentangnya – menandakan satu hal itu selesai. Begitu juga ketika ada yang harus dikerjakan. Saya lupa mencatatkannya di ponsel sampai tugas itu selesai – terus berulang sampai menjadi kebiasaan. Alhasil tak sampai seminggu, aplikasi itu sudah hilang dari gawai.

menjadi-produktif-dengan-ponsel

Mencatat tugas di ponsel bisa jadi salah satu kebiasaan (menuju) produktif.

Pomodoro pun begitu. Ia hanya efektif untuk mengerjakan hal menjelang tenggat. Hal-hal yang mana konsentrasi dan fokus tak lagi bisa ditawar. Di luar itu, pomodoro akan membuat pekerjaan lebih terasa sebagai beban. Detik waktu mengejar, membuatku tak bisa menghargai prosesnya.

Agenda, di sisi lain, sangat efektif. Ada kepuasan tersendiri tiap kali mencoret agenda seusai menyelesaikannya. Hanya saja, model yang begini sulit dilakukan untuk proyek-proyek jangka panjang. Saya tak luwes menambahkan detil-detil hal yang harus dilakukan. Belum lagi kalau satu pekerjaan tak bisa diselesaikan sekali waktu. Hasilnya, catatan-catatan itu tersebar di halaman-halaman agenda. Menambah pekerjaan untuk disatukan.

mencatat-tugas-agar-produktif

Meski konvensional, mencatat tugas di agenda bisa menjagamu tetap di jalur produktif.

Meski telah menjajal banyak cara, rasa penasaran untuk bisa produktif tak juga surut. Singkat cerita saya menemukan satu video milik Lauren Fairweather. Ia menceritakan bagaimana ia mengelola toko kerajinannya lewat sebuah aplikasi bernama Trello. Aplikasi tersebut memungkinkan penggunanya untuk membuat perencanaan dari A sampai Z.

Tak lama setelah menonton videonya, saya membuat akun Trello. Memang benar, setelah itu proyek-proyek dan pekerjaan saya lebih tertata. Saya pun tak lagi khawatir kelupaan detil-detil penting yang harus dilakukan. Tapi sayangnya, aplikasi ini sering kali membuat saya lupa dengan hal-hal sederhana yang harus dilakukan tiap hari: mengerjakan pr, jadwal kuis dan ujian, dan rencana belanja mingguan.

Seni Menjadi Produktif

Produktif tak melulu harus mengorbankan banyak hal untuk tak dilakukan. Setelah empat bulan melakukan trial and error, akhirnya diriku menemukan strategi untuk menjadi lebih produktif. Ini dua hal yang kulakukan supaya satu per satu daftar pekerjaan bisa kucoret dengan perasaan puas.

laptop-untuk-produktivitas

Rencanakan tugas jangka pendek

Belanja mingguan, tugas les, ujian, sampai rencana bertemu teman lama, selalu masuk daftar ini. Bagiku hal-hal yang tak perlu waktu lama untuk diselesaikan justru perlu dicatat. Karena meski bisa diselesaikan dengan cepat, tugas-tugas macam inilah yang justru banyak jumlahnya dan sering dilupakan. Karena bisa diselesaikan dengan cepat pula, diriku cenderung menunda melakukannya. Bayangkan saja betapa repotnya kalau ini jadi kebiasaan: kelabakan hanya karena tugas-tugas sederhana.

Nah, untuk rencana jangka pendek, diriku mengandalkan agenda yang kubuat sendiri. Potongan kertas sisa prakarya beberapa tahun lalu. Kertas itu sengaja kusulap ulang menjadi ukuran A6 dan bagian tengahnya kusatukan dengan staples. Dengan ukuran agenda yang mini, aku bisa memasukkannya ke saku sewaktu-waktu dibutuhkan.

Setiap halaman kubagi menjadi tiga kolom sama lebar. Ketika dua halaman dibuka bersamaan, ada enam kolom yang bisa digunakan untuk merencanakan enam kegiatan dalam seminggu. Satu kolom biasanya akan kubagi dua untuk hari Sabtu dan Minggu. Karena biasanya di kedua hari itu, pekerjaan tak seperti hari-hari lainnya.

Untuk mencatat setiap tugas, diriku menggunakan prinsip sederhana bullet journaling:

• untuk tugas
X tanda tugas telah dilakukan
> tanda tugas dialihkan
— coret, tanda tugas dibatalkan

Dengan prinsip yang sederhana, diriku bisa fokus untuk benar-benar mencatatkan tugas yang harus diselesaikan. Bukan untuk menghabiskan terlalu banyak waktu mendekorasi agenda.

Baca juga: Ebook vs Buku Cetak, Mana yang Lebih Enak Dibaca?

Merencanakan Jangka Panjang

Untuk tugas-tugas yang tak bisa selesai dalam sekali dudukan, aku menggunakan Trello. Aplikasi berbasis web ini menyediakan berbagai fitur yang memudahkanmu mencatat segala detil proyekmu. Mulai dari deskripsi proyek, daftar pekerjaan berbentuk check-list, pengingat tenggat, sampai lampiran. Kamu bisa mengajak temanmu bergabung dalam proyekmu dengan cara add members. Selain itu, dirimu juga bisa mengganti latar gambar Trello-mu supaya tak terasa membosankan.

Ini contoh catatanku di Trello untuk artikel ini.

pakai-trello-membantu-menjadi-produktif

Selain itu, dirimu juga bisa membuat sub-topik dalam satu proyek. Misalnya, dalam blogku, aku membaginya dalam beberapa label.

menjadi-produktif-dengan-trello

Kamu juga bisa membuat beberapa proyek berbeda dalam satu akun Trello dengan membuat banyak boards. Aku sendiri punya tiga boards untuk pekerjaan, blog, dan rencana rajut-merajut.

Daripada terlalu panjang, langsung aja cobain aplikasinya.

Yak, itu dia eksperimenku menuju produktif. Meski sudah menemukan strategi yang oke, nihil hasilnya kalau diri sendiri masih belum mengusahakan yang terbaik. Maka dari itu, kembali ke diri masing-masing sih, bagaimana kita membagi waktu dan prioritas. Melatih diri untuk tidak mudah terdistraksi dengan media sosial, kukira juga hal yang penting untuk dicatat.

Nah, giliran kamu. Tertarik buat nyoba strategi ini? Atau dirimu punya strategi produktif lain? Share dong 😀

You may also like

17 Comments

  1. ahhh still fresh themenya mbak. btw firs impression pas liat blognya mbak, ngefans sama temanya. simpel & rapi. ahhh, jadi pengen ganti ini tema. hahaha. salam kenal yaa mbak 🙂 sering2 berkunjung ke blogku. ntar aku kunjungin balik (muehehhe, ada maunya >,<)

    1. Ganti tema aja Mbak~ Haha. *racun*
      Iya deh saya sering berkunjung ke blog njenengan 😛

  2. Aku pernah coba aplikasi ini untuk ngerjain proyek group dan memang balik lagi ke timnya niat atau ga. Kalau ga niat aplikasi secanggih ini jadi kayak ga kepake. Tapi kalo semua yang dalam tim bekerja sama dengan baik, aplikasi ini sangat-sangat membantu. Mempersingkat waktu harus nanya orang per orang.

    Btw, soal to do list ini sampai sekarang aku ga nemu cara yg cocok. Bener, aku juga cuma bertahan bbrp hari krn akan lupa kemudian. Hiksss..

    1. Makasih sudah sharing, Kak Lasma.
      Bener banget, akhirnya balik ke masing-masing orang. Aku sempet nularin temen-temen sekantor buat pake aplikasinya. Cuma ya…mungkin karena belom kebiasa, jadi ga terlalu berguna. Imbasnya…nanya satu per satu deh ke orang-orang, nagih kerjaan. Kalau sudah nemu cara to-do-list yang efektif versimu, share ya 😀

  3. Ah, aplikasi ini justru mengingatkan saya saat on the way konferensi. Tapi saya malah dicabut kepanitiannya karena satu dan lain hal. Aplikasi ini cukup ramah dan tertata. Sayangnya, waktu itu saya cepat bosenan, jadi langsung uninstall.

    Kalo cara untuk produktif sih, saya sering sedia post-it dan buku binder A5. Gunanya supaya bisa punya freedom untuk nulis ide-ide nulis, jadwal blog, bahkan nulis draf blog. Hampir 2 bulan pakai ginian, rasanya bebas banget. Nggak ada beban moral “gue tulis di buku agenda ah”. Karena fungsi dua benda ini literally untuk nulis dan biar gak lupa gitu.

    1. Terima kasih sudah cerita, Nadia 🙂
      Sejujurnya aku bingung menjawab dua kalimat pertamamu, tapi…good luck buat ke depan ya. Masih ada banyak pintu 😀
      Lalu terima kasih juga buat idenya. Ga pernah kepikiran soal post-it, padahal prinsipnya sama ya dengan app yang aku bahas. Boleh deh, kapan-kapan kucoba. Kayanya bakal lebih memaksa buat on time eksekusinya. Haha.

      1. Iya juga sih, ada banyak pintu. Jadi coba ketok-ketok semua pintu dulu hehe. Anyway, sama-sama, selamat mencoba ya!

  4. Bermanfaat banget, Mbak tulisannya.. ?. Kalau srategiku sih, kurang lebih sama. Cuma aku kalo nyatet daftar tugas gak tentu, kadang di catatan, kadang di hanphone, kadang di PC. Dan itu bener banget kalo produktif gak akan jalan kalo dirinya kita sendiri gak mau usaha berubah. Keep productive, Mbak.. ?

    1. Keep being productive juga ya Tisha 😀

  5. Soal menjadi produktif itu susah susah gampang buatku teh. Kadang puas bgt kadang lemes juga kok hari2nya gitu gitu terus. Hahaha. Tp kalo aku lebih suka agenda krn lebih ramah anak sedang kalo pake app suka betek krn pasti hp nya buat main dia, pas dia tidur habis deh batrenya hahaha

  6. Bahasanya well structured, halaman blog ini bakal aku suka deh sepertinya <3
    Belum pernah denger akun Trello sih, tapi kayaknya bener juga kalo agenda walopun konvensional justru lebih efektif, karena org" introvert seperti saya lebih mengingat sesuatu jika itu ditulis.

    Ditunggu postingan bermanfaat lainnya kak! 🙂

    1. Hai Onix! Terima kasih sudah mampir lagi~
      Bener juga sih, apapun yang ditulis langsung pakai tangan lebih gampang diinget. Mungkin itu menjelaskan kenapa aku masih sering kelupaan target-target mingguan. Diriku menunggu postingan darimu juga! 😀

  7. Saya juga suak bikin to do list mba, tapi di note hape aja. terus di screenshot dan dijadikan wallpaper. Ampuh banget karena saya sering buka handphone. Pas mau mai sosmed eh lihat wallpapernya jadi keingat ada tugas yang belum selesai dikerjakan 😀

    1. Waaa… Bisa-bisa. Nggak kepikiran pakai caranya Mbak Enny. Tapi kalau saya pakai caranya Mbak, bisa-bisa hidup saya nggak tenang Mbak…terus buang hape. Hahaha.

  8. Ini aku banget, mbaaa
    Banyak mauny. Ingin ngerjain ini itu anu dll, ujung2ny jadi gak maksimal. Hiks
    Tapi alhamdulillah sekarang udah gak lagi sih
    Ehh curhat
    Salam kenal mbaa

  9. Sekarang-sekarang ini emang banyak aplikasi yang ngebantu untuk jadi lebih produktif. Tapi aku lebih suka nulis di agenda kayanya lebih greget. Hehe…
    Aku sendiri biasanya dimulai dari target tahunan yang dipecah lagi jadi target bulanan trus mingguan baru harian, yang harian inilah yg baru lebih detail. Semuanya masih pake agenda yg enak ditulis-tulis. Tapi pengen juga nyobain si aplikasi Trello itu deh..

  10. Setelah baca ini langsung instal deh. Karna aku berantakan banget nyusun jadwal. Thabks mbak atas informasinya 🙂

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in adulting