adulting

Semua untuk Mengembangkan Diri, Alasan Diriku Menulis Blog

Platform digital timbul dan tenggelam. Tapi blog, takkan lekang.

Sebelum benar-benar serius dengan blog ini, diriku sempat berkali-kali pindah platform ngeblog. Blogspot dan tumblr pernah kusambangi tapi tak lama – tiga tahun biasanya – kutinggalkan.

Kebanyakan alasannya remeh. Blogspot yang kubuat sewaktu SMP tak lagi kubuka setelah merasa payah tak bisa mendekornya. Waktu itu, fitur pengaturan terasa membingungkan dan energiku habis sudah untuk hal-hal teknis saja a.k.a. gaptek.

Dua akun tumblr yang kurawat selama SMA hingga kuliah pun akhirnya kandas. Alasannya di sana terisi lebih banyak curhat colongan. Selain itu, tampilan tumblr kurasa kurang oke untuk mendulang traffic dari tulisan-tulisan lawas.

Setelahnya, diriku cukup lama vakum dari dunia ngeblog karena kesibukan kuliah dan skripsi. Cuma nggak bisa dipungkiri selama vakum itu rasanya nggak enak banget. Gampang uring-uringan. Ga punya hiburan.

Setelah benar-benar buntu ngerjain skripsi, kuberanikan diri buat bikin blog berdomain. Pikirku, ya gapapa lah buat hiburan. Sekalian memaksa diri untuk bisa lebih disiplin dan rajin menulis.

Di satu sisi, ngeblog membuatku bahagia. Aku pun terbilang serius ketika menulis di sana. Namun, seperti halnya yang sebelum-sebelumnya. Ada saja hal yang membuatku rehat cukup lama.

Setelah skripsi rampung, kerjaan menjadi hal yang tak bisa ditawar. Itu baru soal fisik saja. Berkait mental, diriku cukup terbebani dan nggak pede ketika dianggap remeh hanya karena menulis blog soal topik-topik ringan. Secara, kerja di kampus sering kali membebanimu dengan hal-hal berat dan akademis.

Sayangnya itu mempengaruhiku. Sampai di titik di mana aku lupa pada kebahagiaan sendiri.

Singkat cerita, aku berusaha mengisi waktuku dengan mencoba hal-hal baru. Hingga di satu titik tersadar kalau diriku perlu meluruskan niatku soal menulis.

Tak lagi untuk mendapat pengakuan orang lain, tapi lebih untuk mengembangkan diri. Karena hanya dengan begitulah diriku bisa lebih rajin dan disiplin menulis. Dengan niatan itu, diriku seharusnya lebih bisa menikmati proses menulis itu sendiri. 

Jadi inilah empat alasan kenapa aku menulis blog:

1. Mengekspresikan diri dengan bebas

Memang ada begitu banyak cara aktualisasi diri. Cara termudah dan paling umum dilakukan adalah lewat media sosial. Hanya saja, percayalah, efeknya takkan sama.

Photo by Cristina Gottardi on Unsplash

Secara teknis, media sosial sangat berorientasi pada waktu. Ia selalu mengajak kita untuk terus membuat konten baru. Dengan kecepatan dan kemudahan membuat konten, artinya kita dihadapkan pada persaingan untuk mendapatkan audiens.

Tidak hanya harus berhitung soal prime-time agar dapat eksposur. Kamu juga harus punya tenaga besar untuk terus-menerus membuat konten media sosial agar reputasimu tidak turun. Kita bak terjebak dalam hamsterball, terus berlari karena tak ada jalan lain.

Praktis, konten-konten lama yang pernah kaupublikasikan punya sedikit kemungkinan mendapatkan eksposur besar. Tentu saja ini merugikan. Apalagi kalau kamu tipikal penulis/content creator yang percaya pada kualitas daripada kuantitas.

Blog membuat konten-konten lawasmu tetap bisa dinikmati.

Pun secara substansial, blog personal lebih bisa jadi medium mengekspresikan diri dibandingkan website kolektif.

Ketika dirimu mengirimkan konten ke sebuah website kolektif, tentu saja ada standar yang diterapkan. Kontenmu paling tidak perlu mencerminkan pandangan si website. Dirimu perlu menulis dengan gaya sedikit mirip untuk bisa diterima.

Hal-hal macam itu akhirnya tak benar-benar bisa membuatmu berekspresi bebas.

Lain halnya dengan blog pribadi. Di mana kamu adalah penulis, editor, penyelaras akhir, sekaligus desainer untuk kontenmu.

2. Belajar dan berlatih banyak skill dalam satu platform

Mulanya, menulis blog kuanggap sekedar kegiatan menulis. Memangnya apalagi yang maudilakukan?

Photo by Kinga Cichewicz on Unsplash

Ketika membuat blog berdomain, barulah diriku sadar. Ada banyak elemen yang perlu diriku pelajari. Di sisi teknis, aku belajar bagaimana mengatur dan mendekor tampilan blog. Memasang plugin yang dibutuhkan. Mengatur gambar agar termuat dengan pas. Memilih judul yang pas supaya orang tertarik berkunjung.

Di sisi lain ada soft-skill yang juga ikut terbentuk dari ngeblog.

Kemampuan meriset.

Sebelum menulis, dirimu tentu perlu membaca tulisan-tulisan lain yang berkaitan dengan topikmu. Mencari data. Mencari apa yang belum dibahas di tempat lain. Kemampuan inilah yang akhirnya membuat tulisanmu kuat dan kaya.

Manajemen waktu.

Hidupmu tentu saja tak hanya soal menulis. Ada waktu yang harus dibagi untuk kegiatan lain. Maka dari itu, manajemen waktu menjadi penting. Dengan skill ini, dirimu dipaksa lebih fokus dan efektif dalam mengerjakan satu tugas.

Disiplin dan ketahanan diri.

Mitos bahwa kamu perlu 10.000 jam untuk menjadi ahli di suatu bidang sudah terbantahkan. Namun, bukan berarti kamu bisa menjadi ahli dalam waktu instan.

Menurut konsep Deliberate Practice, kamu bisa menjadi ahli ketika kamu selalu belajar dari kesalahan yang kamu buat dan tidak mengulanginya. Proses untuk terus belajar dari kesalahan itu membutuhkan disiplin dan ketahanan diri untuk selalu melakukan apa yang dirimu suka.

3. Mengumpulkan jam terbang

Butuh jam terbang untuk menjadi ahli di bidang tertentu. Tak terkecuali dalam menulis.

Photo by Thought Catalog on Unsplash

Masih nyambung ke bahasan Deliberate Practice. Dirimu perlu menganalisis kembali tulisan-tulisan yang kaubuat. Melihat kekurangannya. Membuat tulisan lain yang berusaha memperbaiki kekurangan sebelumnya.

Pun, akan lebih baik rasanya kalau bisa mengumpulkan semua portofolio dalam satu tempat. Begitu, dirimu akan lebih mudah melihat bagaimana dirimu berkembang dan memperbaiki karyamu.

Selain itu, mengumpulkan jam terbang di platform yang sama membuatmu termotivasi untuk terus konsisten. Karena di saat yang sama dirimu juga membangun self-brand yang kuat dan lama.

3. Komunitas yang suportif

Photo by Dani Vivanco on Unsplash

Di antara banyak teman yang kukenal, mungkin kurang dari 20 orang yang menyukai blogging. Karena kesibukan masing-masing, banyak yang memutuskan untuk rehat dari dunia blog. Padahal dengan adanya mereka, diriku kembali semangat untuk terus menulis.

Di titik inilah, bergabung dalam komunitas blog menjadi hal penting. Tidak hanya termotivasi untuk terus konsisten. Bergabung dengan komunitas juga membuatmu terbuka dengan pandangan dan trend baru.

Bergabung dengan komunitas membuat konten yang kaubuat bisa dinikmati di luar lingkar pertemananmu. Kata-kata motivasi dan saran dari sesama blogger, menurutku, efektif untuk melecut semangat menulis.

Belum lagi berkenalan dan menambah jumlah follower dan following di akun media sosial. Hehehe.

Jadi, begitulah alasanku menulis di blog. Semoga dengan alasan yang dibuat dengan penuh perenungan ini, diriku jadi tak punya alasan lagi untuk malas menulis. Hahaha.

Nah, alasan mana yang lebih ngena buatmu? Atau ada nggak sih alasan lain yang membuatmu menulis di blog? Cerita di kolom komentar ya~

You may also like

12 Comments

  1. Nomer 2 :”) aku pun baru menyadaru ternyata banyak yang bisa dipelajari di dunia blog. Traffic, seo, plugin, dll. Wadaw. Riweh tapi seru juga wkwkwk

    1. Iyaaps. Seru juga karena praktik nggak sih dit? Jadi semuanya bener-bener trial and error.

  2. Selalu semangat menulis mbak, betul sih berkomunitas itu menumbuhkan semangat dan saling support

    1. Terima kasih Mbak. Mbaknya juga semangat ya. Memang ya kalau nggak ikut komunitas, semangat menulisnya suka naik turun 🙁

  3. Ihhh daku setuju banget, sebab pernah merasakan. Selama vakum dari ngeblog itu rasanya uring uringan. Kupikir kenapa sih ini mood gak jelas banget. Padahal lagi patah hati juga enggak. Ternyata itu alasannya, gak punya bahan iseng isengan buat menghibur diri haha

    1. Waaah cara menghibur diri versi kita super spesifik dan butuh tenaga ya :)) Tapi betul juga sih Mbak, rasanya kaya ada yang kurang kalau belum nulis. Kaya rada-rada disorientasi gitu…

  4. Hahaha bener banget kak Imas, akupun pernah bete banget sama blog sendiri perkara gak bisa mendesain sesuai dengan meinginan. Pengennya diapain eh jadinya malah begitu. Sumpah itu lucu sih, jadinya kutinggalkan berbulan2 karena sebel wkwk

  5. Aku sih masih baru jadi liat and mbaca tulisan mbak Imas jadi kayak liat and ngrasain ujan stlah lama kemarau hehe.. thanks alot mbak..

    1. Hey, Yoharisna! Senang bisa membantu. Semoga lancar yaaa nulis blognya 🙂

  6. Pertama membuat blog itu kayak bikin skripsi, kalo ngga dimulai mengetik semua menumpuk di otak dan ngga mulai-mulai deh, tapi setelah mulai ‘memaksakan diri’ bergerak dari kelembaman yang menyiksa. dan mengetik beberapa kalimat, mulai deh kata istilah Perancis nya tuh semua ide ‘Mararudal’.

    Klen pernah ngerasain gitu ngga sih?

    1. Ya ampun pernah banget, Kang! Kebetulan itu juga yang aku lagi rasain akhir-akhir ini. Nyimpenin ide terus, eh tau-tau udah lewat berapa bulan…belum di post juga tulisannya. Sedih 🙁

  7. Apa ya, hmm, yang jelas blogging itu lebih banyak melepas stress release atas keterbatasan karakter dalam media sosial. Di blog, kita bisa membuat konsep sebuah tulisan yang isinya bisa aja mempengaruhi, bercerita, memancing emosi, bahkan tanpa gambar sekalipun. Dan agak santai (gak santai-santai amat sih sebenernya) dalam pembuatan konten.

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in adulting